Featured Post

Rambu-Rambu Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

Rambu-Rambu Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3 ) DI BIDANG INDUSTRI A. Definisi Kese...

Saturday, January 31, 2015

PROYEKSI DAN DIMENSI





PROYEKSI DAN DIMENSI


A.    Proyeksi Piktorial, Ortogonal dan Pandangan

      Proyeksi merupakan cara penggambaran suatu benda, titik, garis, bidang, benda ataupun pandangan suatu benda terhadap suatu bidang gambar. Proyeksi piktorial adalah cara penyajian suatu gambar tiga dimensi terhadap bidang dua dimensi. Sedangkan proyeksi ortogonal merupakan cara pemproyeksian yang bidang proyeksinya mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Secara umum proyeksi dapat dilihat pada gambar 9.4. dibawah ini : 


 














                                                 Gambar 9.4. Proyeksi
                              

  1. Proyeksi Piktorial
Untuk menampilkan gambar-gambar tiga dimensi pada sebuah bidang dua dimensi, dapat dilakukan dengan beberapa macam cara proyeksi sesuai dengan aturan menggambar. Beberapa macam cara proyeksi antara lain :

a.       Proyeksi piktorial isometri
Untuk mengetahui apakah suatu gambar diproyeksikan dengan cara isometri atau untuk memproyeksikan gambar tiga dimensi pada bidang dengan proyeksi isometri, maka perlu diketahui ciri-ciri dan syarat-syarat untuk menampilkan suatau gambar dengan proyeksi isometri. Adapun ciri dan syarat proyeksi tersebut sebagai berikut :
1). Ciri pada sumbu
- Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30° terhadap garis mendatar.
- Sudut antara sumbu satu dengan sumbu lainnya 120°.
2). Ciri pada ukurannya
Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan panjang benda yang digambarnya.
Contoh :








Text Box: 20



Text Box: 50


Text Box: 20
 










                                               Gambar 9.5. Proyeksi isometri

a). Penyajian Proyeksi Isometri
Penyajian gambar dengan proyeksi isometri dapat dilakukan dengan beberapa posisi (kedudukan), yaitu posisi normal, terbalik, dan horisontal.
(1)   Proyeksi isometri dengan posisi normal
Contoh :



Text Box: 30°Text Box: 30°













                                                  titik referensi



     






                               Gambar 9.6. Proyeksi isometri dengan posisi normal
(2)   Proyeksi isometri dengan posisi terbalik
Text Box: 30°Text Box: 30°Contoh :







                                       


 




                                                                                                    titik referensi










                              Gambar 9.7. Proyeksi isometri dengan posisi terbalik

(3)   Proyeksi isometri dengan posisi horisontal
Contoh :
Text Box: 30°Text Box: 30°
















 





                                                                                                             titik referensi









                               
                                     Gambar 9.8.Proyeksi isometri dengan posisi horisontal
                                 
b.      Proyeksi Dimetri
Pada proyeksi dimetri terdapat beberapa ciri dan ketentuan yang perlu diketahui, ciri dan ketentuan tersebut antara lain :
1)      Ciri pada sumbu
Pada sumbu x mempunyai sudut 10°, sedangkan pada sumbu y mempunyai sudut 40°.
2)      Ketentuan ukuran
Perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, dan skala pada sumbu y = 1 : 2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1
Text Box: 10°Text Box: 40°Contoh :







Keterangan :
-         
40
 
Ukuran pada sumbu x 40 mm
-          Ukuran gambar pada sumbu y digambar nya, yaitu 20 mm
-          Ukuran pada sumbu z 40 mm



 



                                      Gambar 9.9. Proyeksi dimetri
c.       Proyeksi miring
Pada proyeksi miring, sumbu x berhimpit dengan garis horisontal/mendatar dan sumbu y mempunyai sudut 45° dengan garis mendatar. Skala pada proyeksi miring sama dengan skala pada proyeksi dimetri, yaitu skala pada sumbu x = 1 : 1, dan pada sumbu y = 1 : 2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1.
Text Box: 45°Contoh :








 












                                                Gambar 9.10. Proyeksi miring

d.      Gambar Perspektif
      Dalam gambar teknik, gambar perspektif jarang dipakai. Gambar perspektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1.      Perspektif dengan satu titik hilang
2.      Perspektif dengan dua titik hilang
3.      Perspektif dengan tiga titik hilang
      Contoh :                                                                                 TH (Titik Hilang)
           











                                  Gambar 10.1. Perspektif dengan satu titik hilang
  1. Proyeksi Ortogonal
            Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Garis-garis yang memproyeksikan benda terhadap bidang proyeksi disebut proyektor. Selain proyektor tegak lurus terhadap bidang proyeksinya juga proyektor-proyektor tersebut sejajar satu sama lain. Contoh-contoh proyeksi ortogonal dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
a.      Proyeksi ortogonal dari sebuah titik


                                                                                                               Proyektor

                                                                                                               Bidang proyeksi

                                                                                                                Proyeksi


                        Gambar 10.2. Proyeksi ortogonal dari sebuah titik
                                   
b.      Proyeksi ortogonal dari sebuah garis










                       
Gambar 10.3. Proyeksi ortogonal dari sebuah garis

c.       Proyeksi ortogonal dari sebuah bidang











            Gambar 10.4. Proyeksi ortogonal dari sebuah bidang

d.      Proyeksi ortogonal dari sebuah benda


 














            Gambar 10.5. Proyeksi ortogonal dari sebuah benda

B.     Proyeksi Eropa dan Amerika

Proyeksi Eropa dan Amerika merupakan proyeksi yang digunakan untuk memproyeksikan pandangan dari sebuah gambar tiga dimensi terhadap bidang dua dimensi.
1.      Proyeksi Eropa
Proyeksi Eropa disebut juga proyeksi sudut pertama, juga ada yang menyebutkan proyeksi kuadran I, perbedaan sebutan ini tergantung dari masing pengarang buku yang menjadi refrensi. Dapat dikatakan bahwa Proyeksi Eropa ini merupakan proyeksi yang letak bidangnya terbalik dengan arah pandangannya (lihat gambar 2.3).


 



Keterangan :
P.A               = Pandangan Atas
P.Ki              = Pandangan Kiri
P.Ka             = Pandangan Kanan
P.Ba             = Pandangan Bawah
P.Be             = Pandangan Belakang          

                                                                                         

                                                                                                                  


                                                                                
                                                                                    

                      


 



                                                        (P. bawah)




                                  (P. kanan)      (P. depan)     (P. Kiri)   (P. Belakang)    




                                                          (P. atas)
                                                Gambar 10.6. Proyeksi Eropa

2.      Proyeksi Amerika
Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi sudut ketiga dan juga ada yang menyebutkan proyeksi kuadran III. Proyekasi Amerika merupakan proyeksi yang letak bidangnya sama dengan arah pandangannya (lihat gambar 2.4).


 


   Keterangan :
P.A         = Pandangan Atas
P.Ki        = Pandangan Kiri
P.Ka       = Pandangan Kanan
P.Ba       = Pandangan Bawah
P.Be       = Pandangan Belakang




 


                                                                       

                                                                                  (P. atas)













 



                                                            (P. kiri)        (P. depan)   (P. kanan)  (P. Belakang)    


 


                                                                                  
                                                                                (P. bawah)
                                                                        Gambar 10.7. Proyeksi Amerika
C.    Simbol Proyeksi

Untuk membedakan proyeksi Eropa dan proyeksi Amerika, perlu diberi lambang proyeksi. Dalam standar ISO (ISO/DIS 128), telah ditepkan bahwa cara kedua proyeksi boleh dipergunakan. Sedangkan untuk keseragaman ISO, gambar sebaiknya digambar menurut proyeksi Eropa (Kuadran I atau dikenal dengan proyeksi sudut pertama).
Dalam sebuah gambar tidak diperkenankan terdapat gambar dengan menggunakan kedua proyeksi secara bersamaan. Simbol proyeksi ditempatkan disisi kanan bawah kertas gambar. Simbol/lambang proyeksi tersebut adalah sebuah kerucut terpancung.


 


           






 
Simbol Proyeksi Eropa                        Simbol Proyeksi Amerika



 
D.    Anak Panah
Anak panah digunakan untuk menunjukkan batas ukuran dan tempat/posisi atau arah potongan, sedangkan angka ukuran ditempatkan di atas garis ukur atau disisi kiri garis ukur.


Text Box: 1/3L
 








                                       Gambar 11.2. Anak panah



Dimensi

Dimensi merupakan elemen anotasi yang digunakan untuk menunjukkan ukuran panjang, besar sudut, radius/diameter dan sebagainya. Dimensi juga merupakan anotasi yang sangat penting dalam menggambar teknik. Meski anda menggambar dan mencetak dengan menggunakan skala, tidak masuk akal jika orang yang ingin mengetahui ukuran gambar anda harus mengukurnya setiap saat.




a. Klasifikasi Pencatuman Ukuran
Benda-benda yang diukur mempunyai bentuk yang bermacam-macam, fungsi, kualitas, atau pengerjaan yang khusus. Oleh karena itu, pencatuman ukuran diklasifikasikan menjadi:

• Pengukuran dengan dimensi fungsional
• Pengukuran dengan dimensi nonfungsional
• Pengukuran dengan dimensi tambahan
• Pengukuran dengan kemiringan atau ketirusan
• Pengukuran dengan bagian yang dikerjakan khusus
• Pengukuran dengan kesimetrian

1) Pengukuran dengan dimensi fungsional, nonfungsional, dan ukuran tambahan
Jika suatu benda terdiri atas bagian-bagian (bagian yang dirakit), maka ukuran bagian yang satu dengan Iainnya mempunyai fungsi yang sama, sehingga satu sama lain mempunyai ukuran yang berpasangan dan pencatuman ukurannya sebagai fungsi yang berpasangan. Jika benda kerja yang digambar berdiri sendiri, tetapi dalam sistem pengerjaannya terhadap maka digambar sesuai dengan ukurannya dan pencatuman ukurannya sebagai fungsi pengerjaan.


Ukuran-ukuran yang tidak berfungsi disebut ukuran nonfungsional. Untuk melengkapi ukuran, dalam hal ini supaya tidak menimbulkan kekacauan dalam membaca gambar terutama dalam jumlah ukuran total, maka ukuran pada gambar dilengkapi dengan ukuran tambahan. Ukuran tambahan ini harus ditempatkan di antara dua kurung atau di dalam kurung (lihat Gambar 5.80 berikut).

Gambar 5.80 Ukuran tambahan


Keterangan:
F = dimensi fungsional
NJF = dimensi nonfungsional
H = dimensi tambahan

2) Pengukuran ketirusan
Untuk mencatumkan ukuran benda yang mempunyai bentuk miring, ukuran kemiringannya dicantumkan dengan harga tangen sudutnya.

Gambar 5.80 Pengukuran ketirusan

3) Penunjukan ukuran pada bagian yang dikerjakan khusus
Untuk memberikan keterangan gambar pada benda-benda yang dikerjakan khusus, misalnya dikartel pada bagian tertentu atau dihaluskan dengan ampelas halus, maka pada bagian yang dikerjakan khusus tadi gambar luarnya diberi garis tebal bertitik (lihat Gambar 5.82).

Gambar 5.82 Penunjukan ukuran pengerjaan khusus



4) Pemberian ukuran pada bagian-bagian yang simetris
Untuk memberikan ukuran-ukuran pada gambar-gambar simetris, jarak antara tepi dan sumbu simetrisnya tidak dicantumkan (lihat Gambar 5.83).


Gambar 5.83 Penunjukan ukuran pada bagian yang simetris



b. Pencatuman Simbol-Simbol Ukuran
Untuk benda-benda dengan bentuk tertentu, ukurannya dicantumkan disertai simbol bentuknya: misal benda-benda yang berbentuk silinder, bujur sangkar, bola, dan pingulan (chamfer). Lihat Gambar 5.84 berikut.


Keterangan:
50 = Diameter bola dengan ukuran 32 mm
SR 16 = Jari-jari bola dengan ukuran 16 mm
C3 = Chamfer atau pinggulan dengan ukuran 3 × 45
023 = Simbol ukuran silinder, dengan ukuran 23 mm
34 = Simbol ukuran bujur sangkar, dengan ukuran sisinya 34 mm
120 = Simbol ukuran tidak menurut skala yang sebenarnya
M12 = Simbol ukuran ulir dengan jenis ulir metris dan diameter luarnya
12 mm
2 = (Silang/cros clengan garis tipis); simbol bidang rata
I = (Strip titik tebal); simbol bagian yang dikerjakan khusus

Gambar 5.84 Pencantuman simbol-simbol ukuran



c. Penunjukan ukuran jari-jari
Untuk menunjukkan ukuran jari-jari, dapat digambarkan dengan garis ukur
dimulai dan titik pusat sampai busur Iingkarannya. Sebagai simbol dari jari-jari
tersebut, diberi tanda huruf “R” (lihat Gambar 5.85 berikut).
 






























 



                                                     













No comments:

Post a Comment